Satu Tahun Beroperasi, KRL Yogyakarta – Solo Telah Layani Lebih dari 2,2 Juta Pengguna

20210206111026_img_6687-01-01-01-01-01

Layanan KRL Yogyakarta-Solo yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 1 Maret 2021, hari ini Selasa (1/3) genap berusia sat tahun. Operasional KRL pertama di luar Jabodetabek ini diresmikan Presiden Joko Widodo di Stasiun Yogyakarta dengan didampingi Menteri Perhubungan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Gubernur Jawa Tengah. “Kehadiran KRL Yogyakarta-Solo telah meningkatkan aksesibilitas kemudahan bertransportasi dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar. Kereta rel listrik juga akan mengurangi tingkat polusi udara,” kata Presiden ketika itu. Kini sejumlah pencapaian telah dicatat oleh KRL Yogyakarta – Solo di ulang tahunnya yang pertama.

“Sejak awal beroperasi hingga Februari 2021, KRL Yogyakarta-Solo telah melayani 2.222.942 pengguna pengguna. Kami berterima kasih atas kepercayaan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah yang menggunakan KRL sebagai transportasi pilihannya,” ungkap Direktur Utama KAI Commuter Roppiq Lutzfi Azhar. KRL Yogya – Solo Beroperasi dengan 20 perjalanan per hari, tren volume pengguna setiap bulannya terus meningkat, kecuali pada bulan Juli dan Agustus saat pemerintah memberlakukan PPKM Level 4 di sejumlah wilayah termasuk Yogyakarta dan Solo. Secara bulanan, volume pengguna KRL tertinggi tercatat pada bulan Desember 2021 dengan 290.618 pengguna atau rata-rata 9.375 pengguna per hari.

Pencapaian ini adalah hasil KAI Commuter yang terus meningkatkan operational excellence antara lain dengan memperpanjang rangkaian KRL. Pada awal peresmian, KRL Yogyakarta – Solo dilayani dengan dua rangkaian yang terdiri dari 4 kereta pada setiap rangkaiannya (atau SF 4). Namun mulai April, rangkaian dengan 8 kereta pada setiap rangkaiannya (SF 8) telah mulai beroperasi di lintas ini. Kemudian pada Mei 2021 tiga rangkaian KRL yang setiap harinya beroperasi seluruhnya telah menggunakan SF 8.

Tingginya minat masyarakat juga tidak lepas dari layanan transporasi yang selalu berfokus pada kebutuhan pelanggan. Pengoperasian KRL Yogyakarta – Solo juga menandai dibukanya kembali empat 2 stasiun yang sebelumnya tidak melayani pengguna. Keempat stasiun tersebut adalah Stasiun Srowot, Ceper, Delanggu, dan Gawok. Selain itu Stasiun Brambanan yang sebelumnya hanya melayani sebagian jadwal KA Prambanan Ekspres kini melayani seluruh jadwal KRL Yogyakarta – Solo. Dengan pembukaan stasiun ini, akses masyarakat menuju transportasi publik semakin dekat dan mudah.

Sejumlah fasilitas layanan pengguna terutama di stasiun-stasiun yang baru dibuka kembali telah dikengkapi. KAI Commuter antara lain membangun toilet yang sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) di Stasiun Brambanan, Srowot, Ceper, Delanggu, dan Gawok. Di Stasiun Gawok, KAI Commuter juga membuat area parkir kendaraan bermotor. Sementara di Stasiun Yogyakarta, KAI Commuter membangun hall khusus pengguna KRL sehingga pengguna lebih nyaman saat antre masuk stasiun.

Penambahan fasilitas layanan juga dilakukan berkolaborasi dengan pemerintah terutama Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Bagian Tengah (BTP Jabagteng) sebagai bagian dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan. BTP Jabagteng telah menyelesaikan pembangunan peron tinggi di Stasiun Brambanan, Srowot, Ceper, Delanggu, dan Gawok.

Tidak hanya yang berkaitan langsung dengan pengguna, BTP Jabagteng juga membangun fasilitas stabling atau lokasi parkir kereta, dan fasilitas perawatan dalam bentuk bangunan Petugas Urusan KRL (PUKRL). Fasilitas stabling di Solo dapat mengakomodir dua rangkaian kereta SF 8 sekaligus sebagai tempat melaksanakan perawatan harian KRL. Sedangkan PUKRL di Klaten dapat menangani perawatan bulanan seluruh rangkaian KRL yang ada di Yogyakarta – Solo. PUKRL juga diawaki teknisi perawatan sarana dari KAI Commuter yang profesional dan tersertifikasi serta didukung peralatan kerja yang lengkap. “Kami sangat mengapresiasi berbagai dukungan dari pemerintah khususnya BTP Jabagteng dan DJKA dalam menghadirkan layanan KRL yang andal, aman, dan ramah lingkungan bagi masyarakat,” ucap Roppiq.

Layanan KRL Yogyakarta – Solo saat ini juga memiliki ciri khas dimana seluruh transaksi tiketnya telah menggunakan kartu uang elektronik ataupun tiket kode QR, dan tidak mengenal tiket harian. Kartu uang elektronik pilihan pengguna adalah Kartu Multi Trip (KMT) dari KAI Commuter yang telah digunakan 50% pengguna. Selanjutnya terdapat tiket kode QR dan kartu uang elektronik bank yang masing-masing digunakan 26% dan 24% pengguna untuk bertransaksi. Tingginya peminat kartu multi trip juga dibuktikan dengan penjualan KMT yang mencapai 254.667 unit sejak Februari tahun lalu.

Tingginya jumlah transaksi nontunai di KRL Jabodetabek juga menandai perubahan budaya masyarakat menuju ke cashless society. Guna semakin memudahkan pengguna dan mendorong transaksi non-tunai, saat ini KAI Commuter tengah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta terkait penggunaan KMT. Kedepannya KMT tidak hanya digunakan sebagai tiket untuk naik KRL, tetapi dapat juga digunakan sebagai tiket untuk naik Batik Trans Solo. Pengembangan layanan ini dilakukan KAI Commuter dengan sejumlah pemerintah daerah sehingga KMT dapat mengintegrasikan berbagai moda transportasi.

Layanan KRL Yogyakarta – Solo tentu akan terus berkembang. Memasuki tahun kedua, KAI Commuter tengah mempersiapkan penambahan frekuensi perjalanan KRL agar dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Selanjutnya KAI Commuter juga mendukung program BTP Jabagteng yang sedang menyelesaikan elektrifikasi jalur dari Stasiun Solo Balapan menuju ke Stasiun Palur. “Kami siap melanjutkan kolaborasi dengan pemerintah dan para stakeholder lainnya untuk menghadirkan layanan transportasi publik yang aman, cepat, dan ramah lingkungan bagi masyarakat DIY dan Jawa Tengah,” tutup Roppiq.

Dikutip dari:

Source link